Selasa, 30 Agustus 2011

Kitab Puasa



1. Keutamaan bulan Ramadan

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. (Shahih Muslim No.1793)

2. Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari



Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari). (Shahih Muslim No.1795)

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila engkau melihat hilal (awal bulan Ramadan), maka hendaklah engkau memulai puasa. Apabila engkau melihat hilal (awal bulan Syawal), maka hendaklah engkau berhenti puasa. Dan apabila tertutup awan, maka hendaklah engkau berpuasa selama 30 hari. (Shahih Muslim No.1808)

3. Larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum bulan Ramadan

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka baginya silakan berpuasa. (Shahih Muslim No.1812)

4. Bulan yang berjumlah 29 hari

Hadis riwayat Ummu Salamah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah bersumpah tidak akan menemui sebagian istri-istrinya selama sebulan. Dan setelah 29 hari berlalu, beliau datang menemui mereka. Kemudian beliau ditanya: Wahai Nabi! Baginda bersumpah tidak akan menemui kami selama satu bulan. Mendengar itu, beliau bersabda: Sesungguhnya bulan itu berjumlah 29 hari. (Shahih Muslim No.1816)

5. Arti pernyataan Nabi saw. bahwa dua bulan yang terdapat hari raya, jumlah harinya tidak berkurang

Hadis riwayat Abu Bakrah ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Dua bulan yang terdapat hari raya, harinya tidak berkurang; hari raya Ramadan dan bulan Zulhijah. (Shahih Muslim No.1822)

6. Waktu berpuasa dimulai sejak terbitnya fajar dan seseorang dibolehkan makan dan lainnya sampai terbit fajar, sifat fajar yang berkaitan dengan masuknya waktu berpuasa serta masuknya waktu salat subuh dan sebagainya

Hadis riwayat Adi bin Hatim ra.:
Ketika turun ayat: Sehingga nyata bagimu benang yang putih dari benang yang hitam, yaitu fajar, maka Adi bin Hatim berkata kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, sungguh saya meletakkan benang berwarna putih dan benang berwarna hitam di bawah bantalku, sehingga aku dapat mengenali antara waktu malam dan waktu siang hari. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya bantalmu itu sangat lebar. Sesungguhnya yang dimaksud adalah hitamnya (gelapnya) malam dan putihnya (terangnya) siang pada saat fajar. (Shahih Muslim No.1824)

Hadis riwayat Sahal bin Saad ra., ia berkata:
Ketika turun ayat: Makan dan minumlah hingga nyata bagimu benang yang putih dari benang yang hitam. Beliau berkata: Seorang lelaki mengambil seutas benang yang berwarna putih dan seutas benang berwarna hitam. Lalu ia makan sampai kedua benang tersebut kelihatan jelas olehnya, sampai akhirnya Allah menurunkan ayat kelanjutannya Pada waktu fajar, sehingga persoalannya menjadi jelas. (Shahih Muslim No.1825)

Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda bahwa ketika Bilal mengumandangkan azan pada malam hari, maka makan dan minumlah kalian sampai engkau mendengar azan yang dikumandangkan oleh Ibnu Ummu Maktum. (Shahih Muslim No.1827)

Hadis riwayat Ibnu Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah sekali-kali azan Bilal itu mencegah salah seorang di antara kalian untuk makan sahur, karena Bilal mengumandangkan azan atau memanggil pada malam hari adalah untuk mengingatkan orang yang sedang salat qiyam (akan dekatnya waktu fajar) dan untuk membangunkan orang yang masih tidur. Selanjutnya beliau bersabda: Janganlah engkau hiraukan ucapan seseorang bahwa fajar itu begini begini sambil membenahi letak tangannya kemudian mengangkatnya ke atas, sesungguhnya fajar yang dimaksud ialah begini, sambil merenggangkan celah di antara kedua jarinya. (Shahih Muslim No.1830)

7. Keutamaan sahur, sunat mengakhirkan makan sahur dan menyegerakan berbuka

Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Makan sahurlah kalian, karena pada makan sahur itu terdapat keberkahan. (Shahih Muslim No.1835)

Hadis riwayat Zaid bin Tsabit ra., ia berkata:
Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah saw. Kemudian kami melaksanakan salat. Kemudian saya bertanya: Berapa lamakah waktu antara keduanya (antara makan sahur dengan salat)? Rasulullah saw. menjawab: Selama bacaan lima puluh ayat. (Shahih Muslim No.1837)

Hadis riwayat Sahal bin Saad ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang itu senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (Shahih Muslim No.1838)

8. Keterangan waktu berakhirnya puasa dan berlalunya waktu siang

Hadis riwayat Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Ketika malam datang, siang pergi dan matahari pun terbenam, maka saat itulah orang yang berpuasa mulai berbuka. (Shahih Muslim No.1841)

Hadis riwayat Abdullah bin Abu Aufa ra., ia berkata:
Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. di bulan Ramadan. Ketika matahari terbenam, beliau bersabda: Wahai fulan, singgahlah dan siapkanlah hidangan buat kami! Orang yang disuruh berkata: Wahai Rasulullah, bukankah sebaiknya baginda tangguhkan sebentar? Rasulullah saw. bersabda: Singgahlah dan siapkan hidangan buat kami! Kemudian ia singgah dan menyiapkan hidangan, lalu ia memberikannya kepada beliau. Nabi saw. meminumnya, kemudian bersabda sambil memberikan isyarat kedua tangannya: Jika matahari sudah terbenam di arah sana dan malam sudah datang dari arah sana, maka orang yang berpuasa boleh berbuka. (Shahih Muslim No.1842)

9. Larangan puasa wishal (sambung)

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa Nabi saw. melarang puasa sambung (terus-menerus tanpa berbuka). Para sahabat bertanya: Bukankah baginda sendiri melakukan puasa wishal? Nabi saw. menjawab: Sesungguhnya aku tidak seperti kalian. Aku diberi makan dan minum. (Shahih Muslim No.1844)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. melarang puasa sambung. Kemudian salah seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah baginda sendiri melakukan puasa wishal? Beliau bersabda: Siapa di antara kalian yang seperti aku? Sesungguhnya di malam hari aku diberi makan dan minum oleh Tuhanku. Ketika mereka enggan menghentikan puasa sambung, beliau sengaja membiarkannya sehari sampai beberapa hari. Kemudian pada hari berikutnya, mereka melihat bulan (tanda masuk bulan Ramadan). Rasulullah saw. lantas bersabda: Kalau bulan itu tertunda datangnya, niscaya akan aku tambah lagi berpuasa sambung buat kalian sebagai pelajaran bagi mereka, karena mereka enggan berhenti puasa sambung. (Shahih Muslim No.1846)

Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah mengerjakan salat di bulan Ramadan. Kemudian aku datang ikut salat di samping beliau. Kemudian datang lagi orang lain dan ikut pula mengerjakan di sampingku dan seterusnya, sampai kira-kira sebanyak sepuluh orang. Ketika Rasulullah saw. merasa akan keberadaan kami di belakangnya, beliau meringankan salat kemudian pulang ke rumah untuk melanjutkan salat yang masih tersisa. Pagi harinya aku tanyakan hal itu kepada beliau: Apakah semalam engkau sengaja memberikan pelajaran kepada kami? Beliau menjawab: Betul, itulah alasan yang membuat aku melakukan seperti itu. Anas berkata: Kemudian Rasulullah saw. melakukan puasa sambung. Hal itu terjadi di akhir bulan Ramadan. Mengetahui hal itu maka ada beberapa orang sahabat yang ikut berpuasa sambung. Rasulullah saw. kemudian bersabda: Apakah mereka mau ikut berpuasa sambung bersamaku? Sesungguhnya kalian tidak seperti aku. Demi Allah, seandainya bulan ini dipanjangkan untukku, niscaya aku akan terus berpuasa biar hal itu menjadi pelajaran bagi mereka yang keras kepala. (Shahih Muslim No.1848)

10. Boleh ciuman dalam keadaan puasa dengan syarat tidak membangkitkan nafsu

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah Rasulullah saw. mencium salah seorang istri beliau dan beliau sedang berpuasa lalu istrinya tersenyum. (Shahih Muslim No.1851)

Hadis riwayat Umar bin Abu Salamah ra.:
Bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw.: Bolehkah orang yang sedang berpuasa itu berciuman (dengan istrinya)? Rasulullah saw. menjawab: Tanyakan saja kepada Ummu Salamah. Kemudian ia (Ummu Salamah) memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah saw. melakukannya. Umar bin Abu Salamah lalu berkata: Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah mengampuni dosa baginda yang lalu dan yang akan datang? Rasulullah saw. bersabda padanya: Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takwa kepada Allah dari kalian. (Shahih Muslim No.1863)
11. Sah puasa orang yang masih junub pada waktu fajar

Hadis riwayat Aisyah ra. dan Ummu Salamah ra. berkata:
Rasulullah saw. pernah bangun pagi hari dalam keadaan junub bukan karena mimpi kemudian beliau terus berpuasa. (Shahih Muslim No.1864)

12. Diharamkan bersetubuh di siang hari bulan Ramadan bagi yang berpuasa dan wajib membayar kifarat yang sangat berat. Keterangan bahwa kifarat tersebut harus dilaksanakan bagi yang mampu atau tidak mampu dan bagi yang tidak mampu tanggungan kifarat tersebut ditunggu sampai mampu

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seorang lelaki datang menemui Nabi saw. dan berkata: Celaka saya, wahai Rasulullah. Beliau bertanya: Apa yang membuat engkau celaka? Lelaki itu menjawab: Saya telah bersetubuh dengan istri saya di siang hari bulan Ramadan. Beliau bertanya: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan seorang budak? Ia menjawab: Tidak punya. Beliau bertanya: Mampukah engkau berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Ia menjawab: Tidak mampu. Beliau bertanya lagi: Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberi makan enam puluh orang miskin? Ia menjawab: Tidak punya. Kemudian ia duduk menunggu sebentar. Lalu Rasulullah saw. memberikan sekeranjang kurma kepadanya sambil bersabda: Sedekahkanlah ini. Lelaki tadi bertanya: Tentunya aku harus menyedekahkannya kepada orang yang paling miskin di antara kita, sedangkan di daerah ini, tidak ada keluarga yang paling memerlukannya selain dari kami. Maka Rasulullah saw. pun tertawa sampai kelihatan salah satu bagian giginya. Kemudian beliau bersabda: Pulanglah dan berikan makan keluargamu. (Shahih Muslim No.1870)

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Celaka aku. Rasulullah saw. bertanya: Kenapa? Lelaki tadi menjawab: Aku telah menggauli istriku pada siang hari bulan Ramadan. Rasulullah saw. bersabda: Bersedekahlah untuk itu, bersedekahlah. Tetapi laki-laki tadi berkata: Aku tidak memiliki apa-apa. Lalu beliau menyuruhnya duduk sejenak. Kemudian beliau memberikan kepadanya dua keranjang makanan dan menyuruhnya untuk menyedekahkannya. (Shahih Muslim No.1873)

13. Boleh berpuasa atau berbuka di siang hari bulan Ramadan bagi yang bepergian bukan untuk maksiat apabila jarak perjalanan minimal kira-kira 45 km, dan bagi orang yang mampu lebih baik berpuasa dan bagi yang keberatan boleh tidak puasa

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bepergian pada tahun penaklukan kota Mekah di bulan Ramadan. Beliau tetap berpuasa hingga tiba di daerah Kadid, beliau tidak berpuasa. Dan para sahabat Rasulullah saw. selalu mengikuti kejadian demi kejadian karena perintahnya. (Shahih Muslim No.1875)

Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Adalah Rasulullah saw. pada suatu perjalanan melihat seorang laki-laki dikerumuni orang banyak sehingga ia hampir-hampir tidak dapat dikenali. Kemudian beliau bertanya: Ada apa dengannya? Para sahabat menjawab: Dia sedang berpuasa. Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk kebaikan kalian berpuasa dalam perjalanan. (Shahih Muslim No.1879)

Hadis riwayat Anas Bin Malik ra.:
Anas ra. pernah ditanya tentang berpuasa pada bulan Ramadan dalam perjalanan? Dia menjawab: Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. pada bulan Ramadan, yang berpuasa tidak mencela yang tidak puasa dan yang tidak puasa juga tidak mencela yang berpuasa. (Shahih Muslim No.1884)

14. Pahala orang yang tidak puasa dalam perjalanan jika ia menangani suatu pekerjaan

Hadis riwayat Anas ra., ia berkata:
Kami pernah bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Di antara kami ada yang tetap berpusa dan ada pula yang tidak puasa. Kami singgah di sebuah tempat saat hari sedang panas sekali. Di antara kami yang paling banyak mendapat naungan ialah orang-orang yang berpakaian lengkap, sementara orang-orang yang tidak berpakaian lengkap mereka melindungi kepalanya dari teriknya matahari dengan menutupkan tangannya ke atas. Maka orang-orang yang berpuasa berjatuhan (karena lemah) dan mereka yang tidak puasa masih dapat tegak berdiri. Mereka kemudian mendirikan tenda-tenda dan memberikan minum unta-unta. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Orang-orang yang berbuka hari ini pergi membawa pahala. (Shahih Muslim No.1886)

15. Memilih puasa atau tidak puasa dalam bepergian

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Hamzah bin Amru Al-Aslami bertanya kepada Rasulullah saw. tentang puasa dalam perjalanan, maka beliau menjawab: Jika engkau mau, berpuasalah dan jika engkau tidak mau, maka boleh tidak puasa. (Shahih Muslim No.1889)
Hadis riwayat Abu Darda ra., ia berkata:
Kami pernah bepergian bersama Rasulullah saw. di bulan Ramadan pada hari yang sangat panas, sehingga sampai sebagian kami terpaksa harus menutupkan tangan pada kepalanya, karena teriknya matahari. Kami semua tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah saw. dan Abdullah bin Rawahah. (Shahih Muslim No.1892)

16. Sunat berbuka bagi orang yang beribadah haji pada hari Arafah di Arafah

Hadis riwayat Ummul Fadhel binti Harits ra.:
Bahwa beberapa orang berdebat di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Rasulullah saw. Sebagian mereka ada yang mengatakan bahwa pada hari itu beliau berpuasa, sebagian mengatakan bahwa pada hari itu beliau tidak berpuasa. Kemudian aku mengirimkan segelas susu kepada beliau yang wukuf dekat untanya di Arafah. Ternyata beliau meminumnya (beliau tidak puasa). (Shahih Muslim No.1894)

Hadis riwayat Ummul Fadhel ra., ia berkata:
Beberapa orang sahabat Rasulullah saw. merasa ragu akan hukum puasa hari Arafah, sedangkan kami di sana bersama Rasulullah saw. Maka aku mengirimkan secangkir susu kepada beliau, sewaktu beliau berada di Arafah lalu beliau meminumnya (tidak puasa). (Shahih Muslim No.1895)

17. Puasa pada hari Asyura'

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah kaum Quraisy pada zaman Jahiliyah selalu berpuasa pada hari Asyura' dan Rasulullah saw. juga berpuasa pada hari itu. Ketika beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabat untuk berpuasa pada hari itu. Namun ketika diwajibkan puasa bulan Ramadan, beliau bersabda: Barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah dan barang siapa yang tidak ingin berpuasa, maka ia boleh meninggalkannya. (Shahih Muslim No.1897)

Hadis riwayat Abdullah Ibnu Umar ra.:
Bahwa orang-orang Jahiliyah dahulu selalu berpuasa pada hari Asyura'. Dan bahwa Rasulullah saw. dan kaum muslimin juga berpuasa pada hari itu sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadan. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya hari Asyura' adalah hari-hari Allah, maka barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah pada hari itu dan barang siapa yang tidak ingin, maka ia boleh meninggalkannya. (Shahih Muslim No.1901)

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra.:
Dari Abdurrahman bin Yazid, ia berkata: Asy`ats bin Qais datang menjumpai Abdullah, ketika ia sedang makan siang, ia (Abdullah) berkata: Wahai Abu Muhammad, mari kita makan siang. Ia (Asy`ats) berkata: Bukankah hari ini adalah hari Asyura'? Ia (Abdullah) bertanya: Apakah engkau mengetahui apa hari Asyura' itu? Ia (Asy`ats) menjawab: Hari apa itu. Kemudian ia (Abdullah) menjelaskan: Hari itu adalah hari yang dahulu Rasulullah saw. selalu berpuasa sebelum diwajibkan puasa bulan Ramadan dan ketika puasa bulan Ramadan diwajibkan, puasa hari Asyura' itu ditinggalkan. (Shahih Muslim No.1905)

Hadis riwayat Muawiyah bin Abu Sufyan ra.:
Dari Humaid bin Abdurrahman bahwa ia mendengar Muawiyah bin Abu Sufyan berpidato di Madinah pada hari Asyura' ketika ia berkunjung ke kota tersebut. Ia bertanya: Di manakah ulama-ulama kalian, wahai penduduk Madinah? Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda tentang hari ini. Hari ini adalah hari Asyura' dan Allah tidak mewajibkan kalian melaksanakan puasa pada hari ini, tetapi aku berpuasa. Maka barang siapa di antara kalian ingin berpuasa, maka berpuasalah dan barang siapa di antara kalian ingin berbuka, maka silakan tidak puasa. (Shahih Muslim No.1909)

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Ketika Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari Asyura'. Ketika ditanyakan tentang hal itu, mereka menjawab: Hari ini adalah hari kemenangan yang telah diberikan Allah kepada Nabi Musa as. dan Bani Israel atas Firaun. Karena itulah pada hari ini kami berpuasa sebagai penghormatan padanya. Mendengar jawaban itu Rasulullah saw. bersabda: Kami lebih berhak atas Musa dari kalian, maka beliau menyuruh para sahabat untuk berpuasa. (Shahih Muslim No.1910)

Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Has.ri Asyura' adalah hari yang dimuliakan orang-orang Yahudi dan dijadikannya sebagai hari raya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Berpuasalah kalian pada hari Asyura' tersebut. (Shahih Muslim No.1912)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Ibnu Abbas ra. pernah ditanya tentang puasa pada hari Asyura', dia menjawab: Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. berpuasa sehari untuk mencari keutamaan hari itu atas hari-hari yang lain selain pada hari ini. Begitu pula (saya tidak pernah melihat beliau) berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan ini, bulan Ramadan. (Shahih Muslim No.1914)

18. Barang siapa makan pada siang hari Asyura', maka hendaknya ia berpuasa pada sisa harinya

Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah mengutus seorang laki-laki dari Aslam pada hari Asyura' untuk mengumumkan kepada manusia bahwa Barang siapa yang belum berpuasa, maka hendaknya ia berpuasa dan barang siapa yang terlanjur makan, maka hendaknya ia menyempurnakan dengan berpuasa sampai menjelang malam. (Shahih Muslim No.1918)

Hadis riwayat Rubayyi` binti Muawwidz bin Afra' ra., ia berkata:
Rasulullah saw. mengirim surat ke kampung-kampung Ansar di sekitar Madinah yang isinya: Barang siapa yang pada pagi hari ini dalam keadaan berpuasa, maka hendaknya ia menyempurnakan puasanya itu. Barang siapa yang pada pagi hari ini tidak berpuasa, maka hendaknya ia berpuasa pada sisa harinya. Setelah itu kami berpuasa, bahkan kami menyuruh anak-anak kami yang masih kecil untuk ikut berpuasa bersama kami atas izin Allah. Sehingga ketika kami berangkat ke mesjid, kami membuatkan untuk mereka (anak-anak kami) mainan dari bulu kambing kibasy. Jika di antara mereka ada yang menangis minta makan, maka kami (hiburnya) dengan memberikan mainan tersebut. Demikian yang kami lakukan sampai kami semua boleh berbuka. (Shahih Muslim No.1919)

19. Larangan berpuasa pada hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha

Hadis riwayat Umar bin Khathab ra., ia berkata:
Bahwa dua hari ini hari yang dilarang Rasulullah saw. untuk berpuasa, yaitu hari raya Idul Fitri setelah kalian berpuasa (Ramadan) dan hari raya makan (daging kurban) setelah kalian menunaikan ibadah haji. (Shahih Muslim No.1920)
Hadis riwayat Abu Said Khudhri ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah patut berpuasa pada dua hari tertentu, yakni Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri setelah puasa Ramadan. (Shahih Muslim No.1922)

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Seorang laki-laki datang kepada Ibnu Umar ra. dan berkata: Sungguh aku telah bernazar untuk berpuasa satu hari yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Idul Fitri. Ibnu Umar ra. berkata: Allah Taala memerintahkan untuk menepati janji, nazar dan Rasulullah saw. melarang puasa pada hari ini. (Shahih Muslim No.1924)

20. Makruh berpuasa pada hari Jumat saja

Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.:
Dari Muhammad bin Abbad, ia berkata: Aku bertanya kepada Jabir bin Abdullah ra. ketika sedang melakukan tawaf di Baitullah: Apakah Rasulullah saw. melarang puasa pada hari Jumat saja? Jabir menjawab: Ya, demi Tuhan Baitullah ini. (Shahih Muslim No.1928)

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jumat, kecuali ia berpuasa sehari sebelumnya atau (berniat puasa) hari sesudahnya. (Shahih Muslim No.1929)

21. Penghapusan firman Allah: Dan wajib bagi orang-orang yang berat melakukannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah dengan firman-Nya Barang siapa di antara engkau hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu, maka hendaknya ia berpuasa pada bulan itu

Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra., ia berkata:
Ketika turun ayat berikut, Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin, maka orang yang ingin tidak puasa, cukup dengan membayar fidyah, hingga akhirnya turun ayat berikutnya yang menghapus hukum ayat sebelumnya. (Shahih Muslim No.1931)

22. Membayar puasa Ramadan di bulan Syakban

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Adalah aku mempunyai tanggungan puasa Ramadan, aku tidak dapat membayarnya kecuali pada bulan Syakban, karena kesibukan dari Rasulullah saw. atau kesibukan bersama Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.1933)

23. Membayarkan tanggungan puasa orang yang telah meninggal

Hadis riwayat Aisyah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang meninggal dunia dan ia mempunyai tanggungan puasa, maka walinya harus berpuasa untuk membayar tangungannya. (Shahih Muslim No.1935)

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Bahwa seorang perempuan datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan ia mempunyai tanggungan puasa sebulan. Beliau bertanya: Apa pendapatmu jika ibumu mempunyai utang kepada orang lain, apakah engkau akan membayarnya? Ia menjawab: Ya (aku akan bayar). Beliau bersabda: Utang kepada Allah adalah lebih berhak untuk dibayar. (Shahih Muslim No.1936)

24. Menjaga lidah bagi yang berpuasa

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kalian bengun dalam keadaan berpuasa, maka janganlah ia berbicara jorok dan kotor, maka jika seseorang dicaci atau diperangi, maka hendaklah ia berkata: Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa. (Shahih Muslim No.1941)

25. Keutamaan puasa

Hadis riwayat Sahal bin Saad ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu yang bernama Rayyan. Orang-orang yang berpuasa akan masuk lewat pintu itu pada hari kiamat. Tidak ada orang selain mereka yang masuk bersama mereka. Ditanyakan: Di mana orang-orang yang puasa? Kemudian mereka masuk lewat pintu tersebut dan ketika orang yang terakhir dari mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup kembali dan tidak ada orang yang akan masuk lewat pintu itu. (Shahih Muslim No.1947)

26. Keutamaan berpuasa di jalan Allah bagi orang yang mampu, tanpa mudarat dan meninggalkan hak (bekerja)

Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Tidaklah seorang hamba yang berpuasa satu hari di jalan Allah, kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh jarak perjalanan 70 tahun. (Shahih Muslim No.1948)

27. Makan, minum dan bersetubuhnya orang yang lupa itu tidak membatalkan puasa

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa lupa bahwa ia sedang berpuasa, sehingga ia makan atau minum, maka hendaklah ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah. (Shahih Muslim No.1952)

28. Puasanya Nabi saw. pada selain bulan Ramadan. dan sunat tidak mengosongkan satu bulan dari puasa

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Rasulullah saw. tidak pernah berpuasa satu bulan penuh, kecuali pada bulan Ramadan. Beliau berpuasa, jika beliau mau, sampai-sampai ada yang mengira bahwa beliau, demi Allah, tidak pernah tidak puasa. Jika beliau mau, beliau tidak puasa, sampai-sampai ada yang mengira bahwa beliau, demi Allah, beliau tidak pernah puasa. (Shahih Muslim No.1959)

Hadis riwayat Anas ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah selalu berpuasa (sunat), sampai ada yang mengatakan bahwa beliau seakan-akan berpuasa terus-menerus. Dan pernah pula beliau selalu tidak berpuasa, sampai ada yang mengatakan bahwa beliau tidak pernah puasa (sunat). (Shahih Muslim No.1961)

29. Larangan berpuasa setahun penuh bagi yang akan memudaratkan atau menjadikan kewajibannya terbengkalai atau tidak berbuka pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha serta pada hari tasyrik dan penjelasan keutamaan berpuasa selang-seling

Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:
Rasulullah saw. dikabarkan bahwa aku pernah berkata akan selalu salat qiyam, akan berpuasa pada siang harinya sepanjang hidupku. Kemudian Rasulullah saw. bertanya: Betulkah engkau pernah bilang demikian? Aku menjawab: Betul, aku pernah mengatakannya, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Sungguh engkau tidak akan mampu melakukan yang demikian. Oleh karena itu berpuasalah dan juga berbukalah. Tidurlah dan bangun malamlah. Berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan. Sebab, satu kebajikan itu nilainya sama dengan sepuluh kebajikan. Dan yang demikian itu (puasa tiga hari dalam tiap bulan) nilainya sama dengan puasa satu tahun. Lalu aku katakan kepada Rasulullah saw: Tetapi aku mampu berbuat lebih dari itu. Beliau bersabda: Berpuasalah sehari dan tidak puasa dua hari. Aku katakan kepada beliau: Tetapi aku mampu berbuat lebih dari itu. Rasulullah saw. bersabda: Jika begitu, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari, itu adalah puasa nabi Daud as. dan itulah puasa yang tengah-tengah. Kemudian aku berkata: Sungguh aku mampu berbuat lebih dari itu. Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada yang lebih utama dari itu. Abdullah bin Amru ra. berkata: Aku terima tiga hari sebagaimana yang dikatakan Rasulullah saw. adalah lebih aku sukai dari istri dan hartaku. (Shahih Muslim No.1962)

30. Hukum puasa pada hari-hari akhir bulan Syakban

Hadis riwayat Imran bin Hushain ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda kepadanya atau kepada orang lain (dan ia mendengarnya): Apakah engkau berpuasa pada hari-hari akhir bulan Syakban? Aku menjawab: Tidak. Beliau bersabda: Kalau begitu, maka berpuasalah dua hari. (Shahih Muslim No.1975)

31. Keutamaan lailatulkadar, anjuran untuk mencarinya, keterangan tentang waktunya dan waktu lebih diharapkan saat mencarinya

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Bahwa sekelompok orang dari sahabat Rasulullah saw. bermimpi melihat lailatulkadar pada hari ke tujuh yang terakhir. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Menurutku bahwa mimpi kalian pasti bertepatan dengan hari ke tujuh terakhir, maka barang siapa yang ingin menantinya, maka hendaklah ia menanti pada hari ke tujuh terakhir (bulan Ramadan). (Shahih Muslim No.1985)

Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Rasulullah saw. pernah melakukan iktikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadan. Ketika mana waktu dua puluh malam telah berlalu dan akan menyambut malam yang kedua puluh satu, maka beliau kembali ke rumahnya dan sahabat yang beriktikaf bersama beliau juga kembali ke rumah mereka. Kemudian beliau bangun malam pada malam ia kembali dari iktikaf dan berpidato di hadapan sahabat serta menyuruh mereka untuk melaksanakan kehendak Allah lalu bersabda: Sungguh dahulu aku iktikaf pada sepuluh malam ini (sepuluh malam pertengahan) kemudian nampak olehku (melalui mimpi) untuk iktikaf pada sepuluh malam akhir. Barang siapa yang pernah iktikaf bersamaku, maka hendaklah ia tidur di tempat iktikafnya. Sesungguhnya aku telah melihat (lailatulkadar) pada malam-malam ini, tetapi lalu aku lupa (waktunya), maka cari dan nantikanlah malam itu di sepuluh malam akhir yang ganjil. Aku pernah bermimpi bahwa aku sujud di air dan lumpur. Abu Said Al-Khudri berkata: Pada malam kedua puluh satu, kami diturunkan hujan, sehingga air mengalir dari atap mesjid ke tempat salat Rasulullah saw., lalu aku memperhatikan beliau. Beliau sudah selesai dari salat Subuh dan pada wajah beliau basah dengan lumpur dan air. (Shahih Muslim No.1993)

Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Cari dan nantikanlah lailatulkadar pada sepuluh terakhir bulan Ramadan. (Shahih Muslim No.1998)

Sabtu, 20 Agustus 2011

I'TIKAF DI SEPULUH HARI TERAKHIR RAMADHAN



بِسمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَإِذْ جَعَلْنَا البَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلىَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيْلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَالعَاكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim[89] tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".(QS. Al-Baqoroh 125)
[89] Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.


I’tikaf menurut bahasa adalah tinggal atau diam di suatu tempat, baik tempat itu layak atau tidak. Sedangkan I'tikaf menurut Istilah agama adalah tinggal atau diam di mesjid dengan sifat-sifat tertentu.

I’tikaf hukumnya sunnah disetiap kesempatan, terlebih-lebih separuh akhir bulan Ramadlan.

Syarat I’tikaf ada dua, yaitu pertama niat dan kedua tinggal di mesjid.

Tidak diperkenankan keluar dari mesjid apabila I’tikaf-nya dinadzarkan (ikrar wajib) kecuali dalam niatnya menyertakan batas I'tikaf atau kecuali karena ada kebutuhan manusiawi seperti karena ada uzdur (halangan) seperti sakit yang tidak mungkin tinggal di mesjid. Dan I’tikaf menjadi batal apabila melakukan senggama.

a. Niat I’tikaf sunnah

نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فىِ هَذاَ المَسْجِدِ مُدَّةَ إِقاَمَةِ فِيْهِ سُنَّةً ِللهِ تَعاَلىَ

“Saya niat I’tikaf di mesjid ini selama tinggal di dalamnya, Sunnah karena Allah Sw”

b. Niat I’tikaf wajib atau yang dinadzarkan

نَذَرْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فىِ هَذاَ المَسْجِدِ مُدَّةَ إِقاَمَةٍ فِيْهِ فَرْضاً ِللهِ تَعاَلىَ

“Saya nadzar (janji) I’tikaf di mesjid ini selama tinggal di dalamnya, fardu karena Allah Sw”

Berikut dalil-dalil hadits dalam kitab Bulugul Murom, Syekh Ibnu Hajar Al-‘Asqolani :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه : أَنَّ رَسُولَ اَللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا, غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa melakukan ibadah Ramadhan karena iman dan mengharap ridlo'Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lewat." Muttafaq Alaihi.

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ أَيْ اَلْعَشْرُ اَلأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ شَدَّ مِئْزَرَهُ , وَأَحْيَا لَيْلَهُ , وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bila memasuki sepuluh hari, yakni sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan-- mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. Muttafaq Alaihi.

وَعَنْهَا : أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam selalu beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau beri'tikaf sepeninggalnya. Muttafaq Alaihi

وَعَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى اَلْفَجْرَ, ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bila hendak beri'tikaf, beliau sholat Shubuh kemudian masuk ke tempat i'tikafnya. Muttafaq Alaihi.

وَعَنْهَا قَالَتْ : إِنْ كَانَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم لَيُدْخِلُ عَلَيَّ رَأْسَهُ وَهُوَ فِي اَلْمَسْجِدِ فَأُرَجِّلُهُ, وَكَانَ لاَ يَدْخُلُ اَلْبَيْتَ إِلاَّ لِحَاجَةٍ, إِذَا كَانَ مُعْتَكِفًا - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ .

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah memasukkan kepalanya ke dalam rumah beliau di dalam masjid, lalu aku menyisir rambutnya dan jika beri'tikaf beliau tidak masuk ke rumah, kecuali untuk suatu keperluan. Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari

وَعَنْهَا قَالَتْ : اَلسُّنَّةُ عَلَى اَلْمُعْتَكِفِ أَنْ لاَ يَعُودَ مَرِيضًا, وَلاَ يَشْهَدَ جِنَازَةً, وَلاَ يَمَسَّ امْرَأَةً, وَلاَ يُبَاشِرَهَا, وَلاَ يَخْرُجَ لِحَاجَةٍ, إِلاَّ لِمَا لاَ بُدَّ لَهُ مِنْهُ, وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ بِصَوْمٍ وَلاَ اعْتِكَافَ إِلاَّ فِي مَسْجِدٍ جَامِعٍ - رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَلاَ بَأْسَ بِرِجَالِهِ, إِلاَّ أَنَّ اَلرَّاجِحَ وَقْفُ آخِرِهِ .

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata : Disunatkan bagi orang yang beri'tikaf untuk tidak menjenguk orang sakit, tidak melawat jenazah, tidak menyentuh perempuan dan tidak juga menciumnya, tidak keluar masjid untuk suatu keperluan kecuali keperluan yang sangat mendesak, tidak boleh i'tikaf kecuali dengan puasa, dan tidak boleh i'tikaf kecuali di masjid jami'. Riwayat Abu Dawud. Menurut pendapat yang kuat hadits ini mauquf akhirnya.

وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ لَيْسَ عَلَى اَلْمُعْتَكِفِ صِيَامٌ إِلاَّ أَنْ يَجْعَلَهُ عَلَى نَفْسِهِ - رَوَاهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ وَالْحَاكِمُ, وَالرَّاجِحُ وَقْفُهُ أَيْضًا

Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada kewajiban puasa bagi orang yang i'tikaf, kecuali ia mewajibkan atas dirinya sendiri." Riwayat Daruquthni dan Hakim. hadits mauquf menurut pendapat yang kuat.

وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللهُ عَنْهُمَا : أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَرَوا لَيْلَةَ اَلْقَدْرِ فِي اَلْمَنَامِ , فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ, فَقَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي اَلسَّبْعِ اَلأَوَاخِرِ, فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي اَلسَّبْعِ اَلأَوَاخِرِ - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .

Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa beberapa shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir." Muttafaq Alaihi.

وَعَنْ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ رَضِيَ اَللهُ عَنْهُمَا , عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ - رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالرَّاجِحُ وَقْفُهُ . وَقَدْ اِخْتُلِفَ فِي تَعْيِينِهَا عَلَى أَرْبَعِينَ قَوْلاً أَوْرَدْتُهَا فِي فَتْحِ اَلْبَارِي .

Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda tentang lailatul qadar: "Malam dua puluh tujuh." Riwayat Abu Dawud dan menurut pendapat yang kuat ia adalah mauquf. ada 40 pendapat yang berselisih tentang penetapannya yang saya paparkan dalam kitab Fathul Bari.

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللهِ : أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا ? قَالَ " قُولِي اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي " - رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ , غَيْرَ أَبِي دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَالْحَاكِمُ .

Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: "bacalah (artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku)." Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Hakim.

وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اَللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ اَلْمَسْجِدِ اَلْحَرَامِ, وَمَسْجِدِي هَذَا, وَالْمَسْجِدِ اَلأَقْصَى - مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada perjalanan kecuali ke tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini, dan Masjidil Aqsho." Muttafaq Alaihi.

Minggu, 14 Agustus 2011

TUJUH PINTU NERAKA


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Neraka memiliki 7 pintu, ini artinya neraka itu ada 7 macam. Masing-masing pintu merupakan jalan masuk kaum lelaki dan perempuan.

رُوِىَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ T أَنَّهُ سَأَلَ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ أَكاَنَتْ أَبْواَبُهاَ كَأَبْواَبِناَ هَذِهِ ؟

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw ; Suatu saat beliau bertanya pada malaikat Jibril as ;

Rasul Saw ; Apakah pintu-pintu Neraka sama dengan pintu-pintu di ruangan rumah ini ?

قَالَ لاَ وَلَكِنَّهاَ مَفْتُوْحَةً بَعْضُهاَ أَسْفَلٌ مِنْ بَعْضٍ مِنَ الباَبِ إِلىَ الباَبِ مَسِيْرَةُ سَبْعِمِائَةِ سَنَةٍ كُلُّ باَبٍ مِنْهاَ أَشَدُّ حُرًّا مِنَ الَّذِى يَلِيْهِ سَبْعِيْنَ ضُعْفاً

Jibril as ; Tidak sama, akan tetapi pintu Neraka itu selalu terbuka dan tidak ada daun pintunya, satu pintu berada di bawah pintu lainnya, jarak dari pintu ke pintu di tempuh selama 700 tahun jalan kaki, tiap pintu paling rendah lebih panas 70 kali lipat dari pintu yang berada di atasnya.

قاَلَ T مَنْ سُكاَنُ هَذِهِ الأَبْواَبِ ؟

Rasul Saw ; Siapa yang akan masuk neraka melalui pintu-pintu itu ?

قاَلَ أَمَّا الباَبُ الأَسْفَلِ فَفِيْهِ المُناَفِقُوْنَ وَمَنْ كَفَرَ مِنْ أَصْحاَبِ الماَئِدَةِ وَآَلِ فِرْعَوْنَ وَاسْمُهُ الهاَوِيَّةُ

Jibril as ; Adapun pintu yang paling bawah adalah neraka yang akan di huni oleh orang-orang munafiq, orang-orang yang dekat Nabi Saw tapi mereka menginkarinya, dan juga di huni para pengikut Fir’aun. Nama neraka ini Al-Hawiyah artinya api yang sangat panas.

وَالباَبُ الثَّانِى فِيْهِ المُشْرِكُوْنَ وَاسْمُهُ الجَحِيْمُ

Pintu kedua adalah neraka yang akan di huni oleh orang-orang musyrik. Nama neraka ini Al-Jahim artinya nyala api yang sangat panas.

وَالباَبُ الثَّالِثِ فِيْهِ الصَّابِئُوْنَ وَاسْمُهُ حُطَمَةٌ

Pintu ketiga adalah neraka yang akan dihuni oleh orang-orang yang berpindah agama dari Islam ke agama lainnya. Nama neraka ini Saqor artinya nyala api yang sangat panas.

وَالباَبُ الرَّابِعُ فِيْهِ إِبْلِيْسُ وَمَنْ تَبِعَهُ وَالمَجُوْسِ وَاسْمُهُ لَظَى

Pintu keempat adalah neraka yang akan di huni oleh Iblis dan para pengikutnya, dan juga di huni kaum majusi, kaum yang menyembah api. Nama neraka ini Ladzo artinya Api yang sangat panas.

وَالباَبُ الخاَمِسُ فِيْهِ اليَهُوْدِ وَاسْمُهُ حُطَمَةٌ

Pintu kelima adalah neraka yang akan di huni oleh orang-orang Yahudi. Nama neraka ini Huthomah artinya Api yang sangat panas.

وَالباَبُ السَّادِسُ فِيْهِ النَّصَارَى وَاسْمُهُ سَعِيْرٌ

Pintu keenam adalah neraka yang akan di huni oleh orang-orang Nashrani, protestan atau katolik. Nama neraka ini Sa’ir artinya Api yang sangat panas.

ثُمَّ أَمْسَكَ جِبْرِيْلُ فَقاَلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ياَجِبْرِيْلُ لِمَ لاَتَخْبِرْنِى عَنْ سُكاَنِ الباَبِ السَّابِعِ ؟

Kemudian Jibril as berhenti melanjutkan khabar, dan Rosulullah Saw bertanya :
Rasul Saw ; Wahai Jibril, mengapa kamu berhenti bicara ? siapa penghuni neraka yang ke tujuh ?

فَقاَلَ ياَمُحَمَّدْ أَتَسْأَلْنِى عَنْهُ فَقاَلَ بَلَى

Jibril as ; Wahai Muhammad, apakah tuan ingin tanyakan juga dan ingin mengetahui siapa penghuni neraka yang ke tujuh ?
Rosul Saw ; Ya betul, saya ingin mengetahuinya

قاَلَ ياَمُحَمَّدْ أَهْلُ الكَباَئِرِ مِنْ أُمَّتِكَ الَّذِيْنَ ماَتُوْا وَلَمْ يَتُوْبُوْا

Jibril as ; Wahai Muhammad, penghuni neraka yang ketujuh adalah orang-orang yang berbuat dosa besar dari pada umat tuan, yaitu mereka yang matinya belum bertaubat.

فَخَرَّ النَّبِىُّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ مُغْشَيّاً عَلَيْهِ

Mendengar hal itu, Nabi Saw terkejut dan jatuh pingsan, beliau tidak sadarkan diri, pingsan karena terkejut yang luar biasa.

فَلَمّاَ أَفاَقَ قاَلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ياَجِبْرِيْلُ عَظُمَتْ مُصِيْبَتِى وَاشْتَدَّ خَوْفِى أَيَدْخُلُ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِى النَّارَ

Setelah Rosul Saw sadar, beliau berkata ; Wahai Jibril musibahku rasa-rasanya teramat besar dan rasa takutku begitu sangat dahsyat, apakah memang benar salah seorang umatku ada yang akan masuk neraka ?

قاَلَ جِبْرِيْلُ نَعَمْ يَدْخُلُ أَهْلُ الكَباَئِرِ مِنْ أُمَّتِكَ

Jibril as ; Ya memang benar, orang-orang yang berbuat dosa besar dari umat tuan, mereka pasti akan masuk ke neraka yang ke tujuh ini.

ثُمَّ بَكَى رَسُوْلُ اللهِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَبَكَى جِبْرِيْلُ لِبُكاَئِهِ

Kemudian Rasulullah Saw menangis dan Jibril pun ikut menangis karenanya.

وَقاَلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ياَجِبْرِيْلُ لِمَ تَبْكِى أَنْتَ وَأَنْتَ الرُّوْحُ الأَمِيْنُ

Rosul Saw ; Hai Jibril mengapa kamu menangis ? sedangkan kamu adalah jiwa yang telah dalam posisi aman, kamu dipastikan tidak akan masuk ke neraka.

قاَلَ جِبْرِيْلُ أَخاَفُ أَنْ أَبْتَلِيَ بِماَ ابْتَلَى بِهِ هاَرُوْتَ وَماَرُوْتَ فَهُوَ الَّذِى أَبْكاَنِى

Jibril as ; Saya sangat takut musibah terjadi sebagaimana terjadi pada Harut dan Marut, dua malaikat yang terkena siksa Allah Saw di dunia, inilah yang membuat saya menangis.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ

Al-baqoroh ayat 30 ini mengandung kisah, bahwa Harut dan Marut, dua orang malaikat menyatakan diri lebih tatat dari manusia, ketika Allah Swt menjadikan manusia sebagai kholifah, Allah murka, mereka terkena sangsi, namun diberi pilihan antara siksa (hukum) di dunia atau di akhirat, mereka memilih siksa di dunia.

فَأَوْحَى اللهُ تَعاَلىَ ياَجِبْرِيْلُ وَياَمُحَمَّدٌ إِنِّى أَبْعَدْتُكُماَ مِنَ النَّارِ وَلَكِنْ لاَتَأْمَنّاَ مِنْ عَذَابِى

Kemudian Allah Swt turunkan wahyu ; Wahai Jibril dan Wahai Muhammad, sesungguhnya Kami telah menjauhkan kalian berdua dari neraka, akan tetapi bukan berarti kalian tidak akan terkena siksa dari Kami (siksa sejenis merasa tidak nyaman).

Pustaka : Daqoiqul Akhbar, Syekh Abdurrohim bin Ahmad Al-Qodli

Sabtu, 13 Agustus 2011

DELAPAN PINTU SORGA


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Sorga itu memiliki 8 macam pintu, berdasarkan hadits riwayat Ibnu Abbas berikut ;

قاَلَ إِبْنُ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُماَ لِلْجِناَنِ ثَماَنِيَّةُ أَبْوَابٍ مِنْ ذَهَبٍ مُرَصَّعٍ بِالجَوْهَرِ

Ibnu Abbas ra berkata ; Sorga itu memiliki 8 (delapan) pintu, masing-masing tercipta dari emas yang di sulam intan berlian.

مَكْتُوْبٌ عَلَى الباَبِ الأَوَّلِ لآَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَهُوَ باَبُ الأَنْبِياَءِ وَالمُرْسَلِيْنَ وَالشُّهَداَءِ وَالأَسْخِياَ

Pintu Pertama, Terpampang di atas pintu sorga pertama dua kalimat syahadat atau tauhid yaitu لآَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ . sorga ini akan di huni oleh para Nabi, Para Rosul, Para Syuhada (orang syahid) dan orang-orang dermawan.
وَالباَبُ الثَّانِى باَبُ المُصَلِّيْنَ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ الوُضُوْءَ وَأَرْكاَنَ الصَّلاَةِ

Pintu kedua adalah sorga yang akan di huni oleh orang-orang yang selalu mendirikan shalat dengan wudlu yang baik dan melakukan rukun-rukun shalatnya dengan baik pula.

وَالباَبُ الثَّالِثُ باَبُ المُزَكِّيْنَ بَطَيِّبِ أَنْفُسِهِمْ

Pintu ketiga adalah sorga yang akan dihuni oleh orang-orang yang gemar membayar zakat atau sedekah dengan hati yang ikhlas.

وَالباَبُ الرَّابِعُ باَبُ الآَمِرِيْنَ بِالمَعْرُوْفِ وَالنَّاهِيْنَ عَنِ المُنْكَرِ

Pintu keempat adalah sorga yang akan di huni oleh orang-orang yang gemar amar ma’ruf nahi munkar yaitu mengajak kebajikan dan melarang kemunkaran atau dakwah.

وَالباَبُ الخاَمِسُ باَبُ مَنْ يَقْطَعُ نَفْسَهُ عَنِ الشَّهْوَاتِ وَيَمْنَعُهاَ مِنَ الهَوَى

Pintu kelima adalah sorga yang akan di huni oleh orang-orang yang dapat mengendalikan hasrat keinginan duniawi dan hawa nafsunya.

وَالباَبُ السَّادِسُ باَبُ الحُجاَجِ وَالمُعْتَمِرِيْنَ

Pintu keenam adalah sorga yang akan di huni oleh orang-orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah.

وَالباَبُ السَّابِعُ باَبُ المُجاَهِدِيْنَ

Pintu ketujuh adalah sorga yang akan di huni oleh orang-orang yang selalu berjuang membela agama Islam.

وَالباَبُ الثَّامِنُ باَبُ المُتَّقِيْنَ الَّذِيْنَ يَغُضُّوْنَ أَبْصاَرَهُمْ عَنِ المِحاَرِمِ وَيَعْمَلُوْنَ الخَيْراَتِ مِنْ بِرِّ الواَلِدَيْنِ وَصِلَةِ الأَرْحاَمِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

Pintu kedelapan adalah sorga yang akan di huni oleh orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang memalingkan pandanagan matanya dari hal-hal yang diharamkan oleh agama dan mereka yang berbuat amal kebaikan seperti berbakti pada kedua orang tua, silaturrahmi dan lain sebagainya.

أَوَّلُهاَ داَرُ الجَلاَلِ وَهِىَ مِنْ لُؤْلُؤِ أَبْيَضٍ

Jumlah seluruh sorga ada 8 (delapan) ;
Sorga pertama namanya Daarul-Jalal artinya komplek kemegahan, semuanya seperti rumah, halaman, jalan, dan lain sebagainya tercipta dari intan mutiara yang berwarna putih.

وَثاَنِيْهاَ داَرُ السَّلاَمِ وَهِىَ مِنْ ياَقُوْتِ أَحْمَرٍ

Sorga kedua namanya Daarus-Salam artinya komplek yang sangat aman, semuanya tercipta dari intan mutiara yang berwarna merah.

وَثاَلِثُهاَ جَنَّةُ المَأْوَى وَهِىَ مِنْ زَبَرْجَدٍ أَخْضَرَ

Sorga ketiga namanya Jannatul-Ma’wa artinya sorga tempat kembali, semuanya tercipta dari intan zabarjad yang berwarna hijau.

وَرَابِعُهاَ جَنَّةُ الخُلْدِ وَهِىَ مِنْ مَرْجاَنِ أَحْمَرَ وَأَصْفَرَ

Sorga keempat namanya Jannatul-Khuld artinya srga yang abadi, semuanya tercipta dari intan marjan yang berwarna merah dan kuning.

وَخاَمِسُهاَ جَنَّةُ النَّعِيْمِ وَهِىَ مِنْ فِضَّةٍ بَيْضاَءَ

Sorga kelima namanya Janntun-Na’im artinya sorga berlimpah kenikmatan, semuanya tercipta dari perak yang berwarna putih.

وَساَدِسُهاَ جَنَّةُ الفِرْدَوْسِ وَهِىَ مِنْ ذَهَبٍ أَحْمَرَ

Sorga keenam namanya Janntul-Firdaus artinya sorga yang mulia, semuanya tercipta dari emas yang berwarna merah.

وَساَبِعُهاَ جَنَّةُ عَدْنٍ وَهِىَ مِنْ دُرَّةٍ بَيْضاَءَ

Sorga ketujuh namanya Jannatu-‘And artinya sorga yang luhur, semuanya tercipta dari berlian yang berwarna putih.

وَثاَمِنُهاَ داَرُ القَراَرِ وَهِىَ مِنْ ذَهَبٍ أَحْمَرَ وَهِىَ قُصْبَةُ الجِناَنِ وَهِىَ مُشْرِفَةٌ عَلَى الجِناَنِ كُلِّهاَ

Sorga kedelapan namanya Darul-Qoror artinya tempat tinggal abadi, semuanya tercipta dari emas merah, ia merupakan sorga paling rendah tetapi mulia karena berada menopang pada sorga yang lainnya.

Pustaka : Daqoiqul Akhbar, Syekh Abdurrohim bin Ahmad Al-Qodli

KEIMANAN YANG SEMPURNA

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Setelah shalat tarawih, apa sebenarnya yang anda mohonkan kepada Allah Swt ??...

Dalam Do’a Tarawih, yang dimohonkan kepada Allah dirangkum 20 macam dan terbagi tiga bagian ;

Pertama Inti Keimanan Sempurna
Tentunya Keimanan sempurna harus didasari pengetahuan akan keimanan itu sendiri, ini dimohonkan pada Allah setelah shalat tarawih, tertuang pada 1 kalimat do’a ;

Ya Allah jadikan kami mendapat Keimanan Yang Sempurna, أَللَّـهُمَّ اجْعَلْناَ بِالإِيْماَنِ كاَمِلِيْنَ

Karena tanpa seizin-Nya seseorang tidak akan mendapat keimanan sempurna. Iman ialah membenarkan dan setiap membenarkan adalah dengan hati, ini dinamakanlah ilmu. Jika iman kuat dinamakanlah keyakinan. Hanya saja pintu yang mengarah pada keyakinan ini sangatlah banyak.

Disini coba kita buka melalui pintu tauhid, ketika meyakini “Tiada Tuhan melainkan Allah, Dia yang satu dan tidak bersekutu, Dia yang memiliki kekuasaan, dia yang memiliki segala pujian, Dia yang maha kuasa atas segala sesuatu”. maka sempurnalah keimanannya. Sebaliknya ketika tidak meyakini semua itu maka termasuk tidak sempurna keimanannya. Ketidaksempurnaan iman akan mengarah pada kekufuran, wal‘iyadzubillah.
Mengatahui iman adalah inti dari keimanan yang sempurna.

Kedua Kondisi Keimanan Sempurna

Kondisi iman sempurna, tertuang pada 12 kalimat do’a ;
1.Selalu menunaikan kewajiban, وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ
2.Selalu menjaga shalat, وَلِلصَّلاَةِ حاَفِظِيْنَ
3.Selalu membayar zakat, وَلِلزَّكاَةِ فاَعِلِيْنَ
4.Selalu gemar mencari ridlo Allah, وَلِماَعِنْدَكَ طاَلِبِيْنَ
5.Selalu mengharap ampunanMu, وَلِعَفْوِكَ راَجِيْنَ
6.Selalu berpegang teguh pada petunjuk yang benar, وَبِالهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ
7.Selalu berpaling dari permainan, وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ
8.Selalu zuhud akan harta dunia, وَفى ِالدُّنْياَ زاَهِدِيْنَ
9.Selalu rindu akan akhirat, وَفى ِالأَخِرَةِ راَغِبِيْنَ
10.Selalu rela akan ketentuan Allah, وَبِالقَضاَءِ راَضِيْنَ
11.Selalu mensyukuri nikmat Allah, وَلِلنَّعْماَءِ شاَكِرِيْنَ
12.Selalu sabar hadapi musibah, وَعَلَى البَلاَءِ صاَبِرِيْنَ

Ketika tidak ada kondisi-kondisi tersebut, bisa jadi keimanannya tidak sempurna yang pada akhirnya akan mengarah pada kekufuran, wal‘iyadzubillah. Setiap sesuatu pasti ada tandanya dan tanda disini merupakan kondisinya sebagai pertanda adanya keimanan yang sempurna.

Ketiga Hasil dari Keimanaan Sempurna
Hasil atau buah dari keimanan yang sempurna, tertuang pada 7 kalimat do’a ;

1.Berada dibawah naungan bendera Nabi Saw di hari qiyamah, وَتَحْتَ لِواَءِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ يَوْمَ القِياَمَةِ ساَئِرِيْنَ
2.Berjalan menuju telaga baginda Muhammad Saw, وَإِلىَ الحَوْضِ وَارِدِيْنَ
3.Masuk ke dalam sorga dan selamat dari api neraka, وَإِلىَ الجَنَّةِ داَخِلِيْنَ وَمِنَ النَّارِ ناَجِيْنَ
4.Mendapatkan kursi kehormatan dan kemuliaan, وَعَلَى سَرِيْرِ الكَراَمَةِ قاَعِدِيْنَ
5.Menikahi para bidadari sorga, وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ
6.Mengenakan sutera sundus, istibroq dan sutera dibaj, وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتِبْراَقٍ وَدِيْباَجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ
7.Menyantap makanan sorga, menegguk susu dan madu murni dengan gelas dan ceret yang telah ditentukan, bersama orang-orang yang telah diberi nikmat, yaitu para Nabi, Siddiqiin, Syuhada dan Sholihin, merekalah yang baik untuk dijadikan kawan.
وَمِنْ طَعاَمِ الجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّيْنِ شاَرِبِيْنَ بَأَكْواَبٍ وَأَباَرِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّقِيْنَ وَالشُّهَداَءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُؤْلَئِكَ رَفِيْقاً

Semoga kita semua mendapat keimaan yang sempurna, menjadi hamba Allah yang soleh, selalu kondisi beriman sempurna, sehingga mendapat kemuliaan dan pantas dijadikan kawan oleh yang lain, amien.